Antara aku, hujan dan bidadari.

Antara aku, hujan dan bidadari.
  

Tiba-tiba saja, kita menjadi asing setelah ada banyak pilihan dalam hal mencintai.

Kemarin kita masih saling menyapa,ada banyak salah paham diantara kita. Bukan egois, hanya saja aku belum bisa terima atas perpisahan kita yang usai hanya karna berbeda faham.
   Kita sama-sama egois dalam memahami tentang siapa aku atau pun siapa kamu, Kamu tahu? kekhawatiran terbesarku sejauh ini adalah kehilangan dirimu dengan sia-sia,aku sia-sia meluangkan waktu untuk membuka hati kala itu.

Ia, tentu saja kamu berhasil menemukan siapa aku, Kamu sejauh ini mampu menjadi alasan aku terus memperbaiki diri, disaat aku mulai kembali ragu. Ah, sama saja aku rasa aku tak mampu menjadi alasan dalam kebahagian kamu.

  Aku cukup berhati-hati menanggapi pertanyaan-pernyataan mu, kita saling memberi umpan dan jebakan. Tentunya korbannya adalah perasaan.

  Hujan Mei pun tiba-tiba menyapa kala sore itu, Kamu masih menyaksikan aku berlari dan menari di bawah derasnya hujan pertama bulan Mei. Kamu melihatku tertawa, tapi kamu tidak bisa melihatku meneteskan air mata dalam waktu bersamaan.
   Oh.. betapa menyenangkan berlari, tertawa, dan mengeluh kepada hujan, tentang bidadari ku yang pergi meninggalkan.         Jujur, aku ingin berteriak sekencang-kencangnya kalau aku membencimu tapi tetap saja aku masih mencintaimu.

Aku tidak bisa memejamkan mataku setelah mendengar cerita tentangmu,aku tidak sekadar merindukanmu, aku membutuhkanmu berada disamping-ku saat aku tertawa ataupun saat menangis.

Rasanya aku ingin menemuimu, tapi aku sadar diri, tentang siapa aku dan siapa kamu,aku hanyalah punuk yang merindukan bulan, hanya seorang pulangkan yang merindukan senja.

Aku cemburu pada hujan  yang berhasil memberi kesejukan dalam hidup mu.
     Kita berbeda! kita mengalah dan pasrah pada sesuatu yang tidak kita ketahui,Lalu harus dengan kata dan kalimat mana lagi yang akan kutuliskan dalam catatan harian-ku agar aku memiliki mu? Ah aku sungguh bodoh dan payah ketika diperhadapkan masalah hati, Memaksakan hati terus berharap pada bidadari seperti mu.
Kamu bidadari kampus berpakaian syafi'i, sedangkan aku hanya si pendosa.
Kamu tidak perlu lagi menjelaskan apa-apa, aku sial aku malang. Bencilah sikapku, pejamkan matamu agar bayanganku menghilang dari penglihatan dan ingatanmu. Izinkan aku bercerita kepada hujan di bulan Mei,Bantu aku melepaskan belenggu dan harapanku memiliki hati yang tak mungkin mencintaiku.
   Aku menitipkan banyak permohonan dalam doa-doaku salah satunya tentang keegoisan masih merindu, menginginkan, dan masih mencintai.

Kemarilah, temani aku dalam mimpi tidurku untuk terakhir kalinya! Mengatakan aku mencintaimu dan kamu balas dengan senyuman tanda mengiyakan.
Biarkan mentari pagi ini menyapa! sebelum aku kembali tersenyum menikmati banyaknya pohon kelapa dan persawahan yang masih kosong dalam desaku.
   Kamu tahu? Saat aku bilang aku akan melepasmu dengan senyuman, itu adalah kebohongan terbesar ku,ajari aku melupakan tanpa harus membenci, ajari aku! Berteman tanpa melibatkan perasaan.
  Hujan bulan mei, sampai kan salam pada bidadari ku, tentang rasa yang tak akan pernah binasa. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun minat baca anak-anak, menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri.

Membangun Indonesia melalui dunia pendidikan, dengan pembelajaran dalam jaringan yang efektif dan menyenangkan

Kesungguhan serta Istiqomah dalam Belajar, menurut Kitab Ta’lim al-Muta’alim