Mencoba berdamai dengan masa lalu, dan Membuka lembaran baru.


    Aku kembali terbangun dari tidurku! berdiri tapi tak mampu, melangkahkan kaki menuju tempat persembunyian dari rasa sesal dan sesak. Perlahan namun semakin sakit, kakiku memberi kode untuk tetap tinggal menyembuhkan sakit yang disengaja menyusuri kota kemarin malam.
     Aku tidak pernah berpikir, setelah mata ini terbuka! kembali di pagi hari ada hal yang membuat mataku sedikit menahan perihnya. menyaksikan kenyataan kalau kamu benar-benar telah pergi dari nyamannya pelukan ke tempat yang lebih nyaman lagi.

    Katamu aku tidak pernah mencintai, aku tidak pernah merasa telah memiliki jiwa-ragamu, aku tidak pernah cemburu. 
Lalu bagaimana denganmu? bahkan kamu lebih nyaman tanpa ada ikatan lalu meninggalkan luka, katamu bahkan sedikitpun kita tak pernah saling memiliki.

Sudalah, aku muak dengan panggung sandiwara tak berguna ini. 
  Baiknya, perasaan yang masih tersisa dalam hati menjadi benci atas penghianatan yang disengaja di buat untuk saling melukai.


   Aku juga memahami mencintai tanpa rasa nyaman adalah luka yang harus dihentikan,Jujur saja! aku pernah mengatakan kepadamu,kalau aku mencintaimu tapi nyatanya aku tidak berhasil merasakan rasa nyaman,dari setiap hangatnya pelukan dan tatapan matamu.
   Kita berbeda dari setiap arah dan tujuan,Kamu berhak memilih dan meninggalkan setelah kejujuran dan kebenaran itu terungkap sendirinya.
Perihal mencintai, kesalahanku adalah memberi harapan kepadamu tanpa melibatkan perasaan yang nyata. 
     Aku belum mampu membuka hati, setelah patah hati dan kecewa dari wanita yang pernah aku cintai begitu tulus di masa laluku, Harusnya kamu memahami! sebelumnya kalau luka itu belum sepenuhnya hilang dari ingatanku. 
  Aku bahkan berkali-kali membuka hati setelah dia, nyatanya aku kembali gagal lalu gagal lagi.


Aku pikir selalu membuka hati setelah patah hati adalah obat dari patah hati itu sendiri, nyatanya!! lebih menyakitkan setelah mematahkan banyak hati berkali-kali tanpa melibatkan perasaan. Ia, itulah patah hati tidak tahu diri dalam jiwaku. Benar, aku egois dalam hal itu, aku melampiaskan rasa sakitku kepada hati yang tak bersalah. 

    Aku pikir, dendam dan amarahku akan terbayar setelah itu nyatanya tidak.      Mungkin lebih baik jika kamu melayangkan kutukan dari rasa kecewamu setelah membaca coretanku ini, Tapi kita sudah berdamai bukan? sudahlah, lupakan saja semua rasa itu.


Untukmu yang  bersamaku saat ini: menetapkan! aku hanya butuh pemulihan dari rasa benci, dendam, sakit dan patah hati. Jika aku kembali memberi luka, lalu melukai lagi dan lagi tetaplah menjadi  wanita yang sabar. 
Aku terlanjur memilihmu, yakinkan aku! kalau patah hati yang selalu kutuliskan di setiap lembaran kertas putihku, tidak ada di dalam catatan harian perjalanan cinta kita. Beritahu aku kalau cinta sejati itu benar-benar ada dan nyata!
Bekasi 06 febuari 2021 
Penulis :
@UntungSenju
# Salam literasi 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun minat baca anak-anak, menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri.

Membangun Indonesia melalui dunia pendidikan, dengan pembelajaran dalam jaringan yang efektif dan menyenangkan

Kesungguhan serta Istiqomah dalam Belajar, menurut Kitab Ta’lim al-Muta’alim