Mati karna kelaparan, bukan mati karna corona!

 Akhir akhir ini saya sering melihat berita di media sosial, televisi dll. Tentang meningkatkan kasus positif covid-19  di Indonesia, padahal sebelumnya pemerintah sudah memberlakukan sistem new normal di Indonesia! sehingga membuka kembali tempat wisata, pusat perbelanjaan dan juga pusat hiburan. Namun ternyata sistem ini tidaklah tepat, justru malah menjadi blunder tersendiri untuk Indonesia, ya!  Bukan tanpa sebab pemerintah melakukan sistem ini, hanya saja pemerintah tidak mau covid-19 ini berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia, namun justru sebaliknya malah rakyat yang menjadi korban, miris bukan?
‌      Namun seiring berjalannya waktu malah timbul cluster penyebaran covid-19 di Indonesia, yang tadinya angka positif paling parah ada di Jakarta, yang memang notaben nya kota metropolitan, banyak pekerjaan kantoran. Tetapi cluster ini menyebar di seluruh Indonesia, bahkan hampir di semua lini kehidupan, tidak terkecuali di pedesaan. 
‌   Data yang saya ketahui sebelumnya adalah tingkat positif mencapai 250rban orang, tetapi di iringi juga dengan melonjaknya angka kesembuhan di Indonesia dan juga kematian.
‌akhirnya pemerintah memberlakukan kembali sistem PSBB atau pembatasan sosial berskala besar, demi menekan kembali kasus positif covid-19 di Indonesia atau bahkan berharap agar covid-19 ini cepat berlalu, Aamiin. Banyak tempat wisata, mall, bahkan tempat ibadah si tutup kembali karena takut menjadi cluster penyebaran covid-19, tidak terkecuali dengan tempat hiburan malam, angkringan, PKL dan toko toko yang di batasi jam operasional. 
‌      apalagi timbul kasus baru penyebaran covid-19 yaitu di pabrik, sehingga banyak perusahaan yang meliburkan karyawan nya. 
‌ miris bukan?  Banyak perusahaan yang meliburkan karyawan bahkan  memberhentikan karyawan nya karna alasan melemahnya perekonomian Indonesia karna dampak covid-19. 
‌      Bahkan dampak nya banyak di rasakan oleh orang menengah kebawah, mulai dari tukang ojek yang kehilangan penumpang, PKL yang di batasi jam operasional, toko toko yang tutup lebih awal dan lain sebagainya. Apalagi di timpa mereka wajib menggunakan masker, bahkan masker tiga lapis, yang harus di ganti per 4 jam sekali, jika tidak menggunakan masker akan di denda, sedangkan mereka sendiripun untuk membeli makan harus menunggu dagangannya laku, coba kita kalkulasikan harga masker 3 lapis yang harus di ganti 4jam sekali, mungkin sudah cukup untuk membeli 1 atau 2 liter beras  untuk makan. 
‌ mereka bukan tidak faham atau mengerti aturan, mereka bukan tidak percaya covid-19 itu ada, mereka bukan melawan pemerintah,mereka takut akan covid-19 ini,tapi mereka lebih takut keluarga mereka tidak makan, mereka takut anak mereka tidak sekolah, mereka takut anak mereka tidak bisa minum susu dan mereka takut hal lainnya. 
‌ jangankan untuk di simpan untuk hari esok, masih bisa makan hari ini saja bagi mereka sudah cukup, pertanyaan mereka sederhana?  Apakah ketika pemerintah membatasi mereka, pemerintah menyediakan solusi?  Bantuan sembako, uang simpanan untuk makan, spp sekolah gratis?  Saya rasa belum atau bahkan tidak, karna saya sendiri pun korban dari dampak covid-19 ini belum mendapatkan apa-apa, kuliah masih harus bayar, sedangkan gaji di potong, pekerjaan di berhentikan sementara, mau sampai kapan corona akan berlalu dan mau sampai kapan pemerintah tutup telinga akan hal ini?  Berbicara logika, namun tanpa logistik, hanya akan menimbulkan anarki, di mana fungsi negara saat ini?  Dimana orang yang berteriak teriak saya Indonesia, saya pancasila? apakah harus menunggu banyak orang mati karna kelaparan, bukan mati karna corona. 

‌by : @UntungSenju

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun minat baca anak-anak, menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri.

Membangun Indonesia melalui dunia pendidikan, dengan pembelajaran dalam jaringan yang efektif dan menyenangkan

Kesungguhan serta Istiqomah dalam Belajar, menurut Kitab Ta’lim al-Muta’alim